Pernah suatu saat berbincang
dengan orang tua siswa. Perbincangan tentang belajar anak. Tentang bagaimana
belajar anaknya. Saat ditanya bagaimana belajar anaknya? Kebanyakan jawaban
meraka adalah “kalau disuruh belajar itu menjawab iya, iya, iya namun tidak
dilakukan, Pak”. Nah itulah, kebanyakan orang tua hanya menyuruh dan menyuruh. Hasilnya
apa? Si anak tidak pernah mengarjakan PR atau tugas di rumah. Si anak
ketinggalan pelajaran dari temannya yang lain.
Orang tua yang tidak perhatian
terhadap
Kita tentu ingat saat si kecil
tidak mau makan. Sedih rasanya. Bagaimana sikap kita? iya, kita pasti berusaha,
rela dan sabar menyuapinya. Segala macam bujuk rayu kita lakukan. Dengan
bermain atau dengan menunjukkan hal-hal yang menarik kepada si anak. Semua itu
demi anak kita agar mau makan. Semua itu kita lakukan sampai anak sadar bahwa
dirinya butuh makan. Begitupun juga dengan kebutuhan lain. Kebutuhan mandi juga
sangat penting bagi anak. Kita rela juga berbasah-basah memandikan anak. Segala
bujuk rayu kita lakukan agar anak mau mandi.
Namun apakah hal itu sudah diterapkan
pada belajar anak? Kita takut anak kelaparan jika anak tidak makan. Kita takut
anak sakit jika tidak mandi. Namun, apakah kita tidak takut jika masa depan
anak kita suram jika tidak mau belajar?
Beberapa orang tua ada yang
perhatian pada anaknya. Namun kebanyakan orang tua saat ini kurang peduli
terhadap belajar anak. Mereka hanya menyuruh belajar anak, namun tindakan
mereka berjajar. Ya berjajar di depat TV. Ada juga orang tua yang menasehati
anak agar tidak sering main HP, namun dirinya sendiri sehari-hari tidak lepas
dari HP. Bahkan di depan anaknya.
Jika orang tua perhatian terhadap
belajar anak seperti perhatian orang tua saat si anak tidak mau makan, pasti
anak lama-kelamaan akan sadar kebutuhan akan belajar. Anak akan sadar akan
manfaat belajar. Anak akan dengan sendirinya tertarik belajar setiap hari.
Untuk itu seharusnya orang tua
harus senantiasa mendampingi anak saat belajar. Orang tua seharusnya membantu
setiap kesulitan anak dalam belajar. Seperti makan, belajarpun pertama kali
harus disuapi. Jika sudah terbiasa, maka anak akan merasa butuh belajar. Jika
tidak belajar maka dia merasa ada yang kurang.
Jangan hanya menyuruh anak
belajar dengan kata-kata saja. Jika kita menyuruh dengan kata-kata saja maka
mereka juga hanya akan menjawab dengan kata-kata juga. Dampingi anak kita
belajar. Jika kita mau mendampingi anak belajar, maka pasti kita akan tahu ada
kepuasan tersendiri saat anak kita berhasil dalam pendidikannya. Jangan hanya
menyerahkan pada kelompok bimbingan belajar. Meraka belum tentu perhatian pada
anak kita.
Buatlah belajar anak di rumah
lebih menarik. Anak tertarik dengan game karena merasa game lebih menarik dari
belajar. Jika anak sudah merasa belajar semenarik bermain game dan jika membaca
mengalahkan bermain game maka kita hanya tinggal menyuruh saja sehingga anak
akan mau belajar saja. Namun jika anak merasa belajar tidak menarik maka dia
akan mencari hal menarik yang lain.
Sudah seharusnya kita mengajak,
mempengaruhi anak agar suka belajar. Kita dapat meniru para marketing saat
menawarkan dagangannya. Berbagai cara mereka lakukan agar kita dapat tertarik
barang yang ditawarkan. Sms tidak dijawab, diteleponlah kita. Telepon tidak
diangkat datanglah mereka ke rumah. Cara satu tidak bisa maka cara yang lain
digunakan. Begitulah seharusnya kita mengajak anak kita untuk cinta belajar. Jika
belum terbiasa, maka kita harus rela menyuapi mereka.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon